Friday, January 22, 2021

Electric Vehicle (EV) adalah keniscayaan, tantangan dari ICE

Tulisan Ulang sebenernya, udah pernah, tapi ini sebab kenapa kendaraan bbm (ICE) begitu mencoba bertahan terhadap EV

 


EV , atau kendaraan listrik, konsep lama, dimana motor listrik, atau sering disebut dinamo, sudah ada sejak lama, teknologinya sudah relatif mature, dalam artian sudah tidak ada perkembangan yang revolusi, tapi cenderung evolusi, dari segi efisiensi, sudah bagus sekali, motor listrik sederhana pun sudah melebihi 80% effisiensi. bandingkan dengan ICE yang dapet 40% luar biasa, dengan rata rata sekitar 30% efisiensi.

Kemudian, EV memakai listrik, dibanding dengan Bensin/BBM di ICE. secara distribusi, listrik sudah sampai pelosok-pelosok, distribusi pun bisa dilakukan cukup dengan kabel, sudah sampai tujuannya.

Storage, hehehehe, ini masalah terbesar yang dihadapi sekarang, storage energi atau batere, masih berharga mahal dan mempunyai umur pakai yang relatif pendek. Storage sampai sekarang masih menjadi momok dari EV dan cukup menghambat perkembangan EV. selain harga dan umur, batere juga termasuk berbahaya dan beracun, sehingga masuk area B3

Apa tantangan dari ICE ?

ICE selalu mengembar gemborkan infrastrukture yang belum siap untuk kendaraan listrik dan mereka mengambil dari persepsi ICE itu sendiri. infratruktur yang di maksud dan dipersamakan dengan ICE adalah

  • SPBU yang telah tersebar merata di seluruh daerah di Indonesia


  • Bengkel yang tersedia di banyak tempat, mereta di seluruh daerah, sehingga tidak kawatir kalau terjadi kerusakan
  • Part sudah tersedia di mana saja, dengan kualitas sesuai kebutuhan, bahkan daerah terpencil juga tersedia
  • SDM, montir yang bisa perbaiki ICE ada dimana mana, nggak usah kawatir rusak, karena montir tersedia banyak.


Padahal, EV itu lebih sederhana daripada ICE, jauh lebih sederhana, dan infrastrukture yang di butuhkan juga lebih sederhana.

  • Listrik, tersedia sampai pelosok desa terpencil, tidak harus ada fast charging.


  • Bengkel tidak perlu banyak karena komponen yang memerlukan perawatan rutin hanya sedikit sekali, bahkan motor listrik/dinamo tidak memerlukan perawatan ganti oli, setel ecu atau pengapian, cukup dengan bearing yang berkualitas, dinamo berjalan dengan aman sampai puluhan ribu km tanpa perawatan, sehingga kebutuhan bengkel menjadi minimum karena perawatan dan kerusakan lebih jarang terjadi.
  • Part EV terutama di sektor yang berbeda dengan ICE, jumlah komponen berkurang banyak sekali. Part dinamo hanya berjumlah puluhan dibanding part  ICE yang part mesinnya saja bisa ratusan sampai ribuan. Sedang part yang lain relatif sama dengan ICE dan perawatan yang sama juga, misal lampu, rem, suspensi.


  • SDM, jika haya memelihara dan merawat, SDM yang dibutuhkan lebih sederhana dibandingkan dengan SDM untuk ICE, basic kelistrikan yang ada di ICE bisa di terapkan hanya perlu upgrade sedikit saja.

Dengan kondisi seperti sekarang ini, memang sudah waktunya beralih ke EV, mengingat hampir semua aspek sangat mendukung untuk ke EV dibandingkan mempertahankan ICE

ICE berusaha bertahan karena infrastructur sudah terlanjur terbangun di seluruh dunia, sepeti SPBU, bengkel perawatan kendaraan bermotor, yang juga merupakan pemasokan besar bagi kendaraan tersebut dengan kata kata garansi, jika ke bengkel resmi. SDM yang sudah dipersiapkan dan di training untuk perawatan kendaraan terutama perawatan mesin.


 

Jaman berubah, dan 


EV adalah Keniscayaan