Budaya populer dipenuhi oleh mitos dan legenda. Sebagian besar tidak
berbahaya. Namun ketika dokter mulai percaya dengan mitos, mungkin ini
sudah saatnya untuk waspada.Di British Medical journal bulan Desember,
peneliti telah memperhatikan beberapa kesalahpahaman, mulai dari
kepercayaan bahwa seseorang harus minum 8 gelas air per hari sampai
membaca di lampu redup akan merusak penglihatan.
"Kami merasa perlu mengangkat hal ini, karena kami tahu bahwa dokter
mempercayai hal-hal seperti itu, dan bahkan memberikan informasi
seperti demikian pada pasien". Demikian kata dr. Aaron Caroll, asisten
profesor pediatrik (spesialis anak) pada Indiana School of Medicine.
"Dan kepercayaan seperti ini sering disitasi oleh media populer".
Inilah mitos tersebut, sehingga dapat diinformasikan kepada dokter anda.
Mitos: Manusia hanya menggunakan 10 persen dari kapasitas otaknya.
Fakta: Dokter dan pelawak, seperti Jerry Seinfeld, sering mensitasi
pernyataan ini. Ia sering secara sembrono dihubungkan dengan Albert
Einstein. Namun scan MRI, scan PET, dan studi radiologi telah
menunjukkan bahwa tidak ada area mengganggur (dormant) pada otak.
Setelah melihat neuron individu pada sel, ternyata tidak ditemukan
area yang inaktif. Studi metabolik mengenai bagaimana sel otak
memproses kimiawi tubuh menunjukkan tidak adanya area yang tidak
berfungsi. Menurut Caroll, mitos ini kemungkinan berasal dari para
motivator kepribadian di tahun 1900an yang ingin meyakinkan audiensnya
bahwa mereka belum mencapai potensi mereka secara penuh.
Mitos: Anda sebaiknya minum setidaknya delapan gelas perhari.
Fakta: "Tidak ada bukti medis yang menyatakan bahwa anda memerlukan
air sebanyak itu". Demikian kata dr. Rachel Vreeman, peneliti
pediatrik. Menurut Vreeman, mitos ini berasal dari tahun 1945, dimana
Badan Nutrisi Amerika Serikat merekomendasikan bahwa seorang individu
mengkonsumsi cairan sebanyak 8 gelas. Bersamaan dengan berjalannya
waktu, kata 'cairan' berubah menjadi air. Namun air yang berada pada
buah, sayuran, kopi, dan cairan lainnya seharusnya juga dihitung.
Mitos: Kuku jari dan rambut akan tumbuh setelah kematian.
Fakta: Sebagian besar dokter pada awalnya meyakini hal ini. Namun
setelah mereka pikirkan lebih jauh, ini tidak mungkin. Yang terjadi
adalah sebagai berikut. "Sewaktu kulit tubuh mengering, jaringan
lunak, terutama kulit, mengalami pengkerutan". Demikian kata Vreeman.
"Kuku kelihatan lebih terlihat sewaktu kulit mengering. Hal yang sama
juga terjadi dengan rambut, namun tidak terlalu jelas. Ketika kulit
menyusut kedalam, rambut terlihat lebih kelihatan di permukaan kulit."
Mitos: Rambut yang dicukur tumbuh lebih cepat, lebih gelap, dan lebih besar.
Fakta: Pada uji klinis tahun 1928 telah membandingkan pertumbuhan
rambut di bagian kulit kepala yang dicukur dan yang tidak dicukur.
Rambut yang digantikan oleh rambut yang dicukur ternyata tidak lebih
gelap, lebih tebal, atau lebih cepat pertumbuhannya. Kajian yang lebih
mutakhir telah mengkonfirmasikan hal ini. Inilah yang terjadi. Ketika
rambut mulai tumbuh setelah dicukur, ia tumbuh dengan ujung tumpul,
demikian penjelasan Caroll dan Vreeman. Seiring dengan berjalannya
waktu, ujung tumpul tersebut menjadi semakin tumpul, sehingga rambut
menjadi kelihatan lebih tebal. Rambut yang baru tumbuh bisa kelihatan
lebih gelap juga, karena ia belum terkena paparan sinar matahari.
Mitos: Membaca di lampu redup merusak penglihatan
Fakta: Peneliti tidak menemukan bukti bahwa membaca di lampu redup
menyebabkan kerusakan mata permanen. Ia dapat menyebabkan tegangan
mata dan sementara mengurangi ketajaman penglihatan, yang segera akan
pulih.
Mitos: Makan kalkun membuat mengantuk
Fakta: Bahkan Carroll dan Vreeman meyakini hal ini, sampai mereka
melakukan riset. Yang dipelajari, ternyata terdapat zat triptofan di
kalkun yang menyebabkan ngantuk. Namun kalkun tidak mengandung zat itu
lebih banyak daripada ayam atau sapi. Mitos ini didorong oleh fakta
bahwa kalkun sering dimakan secara 'kolosal' bersama hidangan lain
sewaktu liburan, sering kali dengan minuman keras. Dua hal itu bisa
menyebabkan rasa kantuk.
Mitos: Ponsel dilarang digunakan di rumah sakit
Fakta: Tidak ditemukan adanya kasus kematian berhubungan dengan hal
ini. Kasus interferensi dengan instrumen rumah sakit biasanya tidak
serius, demikian temuan peneliti. Dalam satu kasus, handphone
ditemukan telah menginterferensi 4 persen dari instrumen, namun hanya
ketika telfon berada dalam jarak 1 meter dari instrumen. Kajian yang
lebih baru, tahun ini, menemukan tidak adanya interferensi pada 300
tests di 75 ruang perawatan. "Ketika kami mendiskusikan kajian ini,
dokter kelihatan tidak percaya bahwa handphone tidak menggagu
instrumen." Demikian kata Vreeman. "Namun setelah kami memaparkan
bukti medis, mereka akhirnya percaya bahwa kepercayaan seperti itu
tidak tepat."
Diterjemahkan dari:
http://www.livescience.com/health/071220-medical-myths.html